Peduli Lingkungan, Warga Kutai Lama dan Muara Kembang Ikut Program Penurunan Emisi
UNTUK melestarikan lingkungan, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menurunkan emisi.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Oktober 2015 telah memilih Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi program Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan melalui Program Forest Carbon Partnership Facilities-Carbon Fund (FCPF-CF) yang dikelola oleh Bank Dunia. FCPF Program Carbon Fund adalah implementasi program untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+)
Sebagaimana diberitakan di situs Bappeda Kaltim, FCPF-Carbon Fund sebagai mekanisme insentif berdasarkan kinerja penurunan emisi, menjadi salah satu bagian dari program REDD+. Program ini dilaksanakan pada seluruh wilayah provinsi Kalimantan Timur, yang dilakukan secara bersama oleh KLHK beserta UPTnya, Pemprov Kaltim beserta perangkat daerah berbasis lahan, Pemkab/Pemkot dan perangkat daerah sesuai kewenangannya, Pemerintah Desa, Swasta, Kelompok Masyarakat, Perguruan Tinggi, Organisasi non Pemerintah, serta mitra pembangunan lainnya. Program FCPF-Carbon Fund dilaksanakan mulai tahun 2020 hingga tahun 2024, dengan proses pengukuran capaian pada tahun 2022 dan 2024, serta pemberian insentif pada tahun 2023 dan 2025.
Di Kutai Kartanegara (Kukar) salah satu wilayah percontohan program FCPF CF – program Desa enABLE yaitu Desa Kutai Lama Kecamatan Anggana.
Popy Primawati Andriani, Pendamping Lokal Desa (PLD) di Anggana ini, juga terpilih menjadi fasilitator program desa enABLE di bawah naungan Pemprov Kaltim, untuk Desa Kutai Lama dan Kelurahan Muara Kembang.
Adapun aksi dalam rangka penurunan emisi ini kata Popy yaitu Desa membuat program yang bisa membantu menurunkan emisi,
diantaranya pelestarian hutan, konservasi bekantan, wisata mangrove, pemulihan terumbu karang, juga agro wisata, dan tentunya mengurangi penggunaan mesin dengan gas buang yang merusak lingkungan.
“Semua kegiatan yang tidak merusak hutan itu termasuk penurunan emisi, karena tumbuhan memperbaiki kualitas udara,” ujarnya, Selasa (1/2/2023).
Dirinya telah mensosialisasikan program penurunan emisi tersebut, memetakan potensi desa, dan selanjutnya akan terjun langsung merealisasikan kegiatan agar tepat sasaran.
“Sosialisasinya sudah berjalan, Yayasan BUMI membantu memfasilitasi program ini,” ujarnya.
Popy berharap program ini bisa berkelanjutan, dan teralisasi dengan baik di Desa/Kelurahan percontohan, sehingga dapat dijadikan role model Desa/Kelurahan lainnya. Hal itu agar emisi di Kaltim terjaga tidak meninggi, jadi dari Kaltim untuk Indonesia dan Dunia untuk lingkungan yang terjaga dengan udara yang bersih dan aman.
“Saya juga berharap program ini juga bisa menyentuh kaum wanita dan disabilitas untuk terlibat dalam aktifitas mulia ini,” demikian ujar Popy yang memang konsen dalam pemberdayaan perempuan dan disabilitas ini. (prokom04)