Mendirikan Ayu, Tanda Erau Adat Kutai Pelas Benua 2024 Dimulai
Tenggarong – Upacara adat Mendirikan Ayu merupakan pertanda bahwa Erau telah dimulai. Ayu adalah sebuah tiang yang berbentuk tombak dan terbuat dari kayu ulin yang biasa disebut dengan nama Sangkoh Piatu. Sangkoh Piatu merupakan senjata Raja Kutai Pertama Aji Batara Agung Dewa Sakti yang pada batangnya diikatkan Tali Juwita yang menyimbolkan berbagai lapisan pada masyarakat dan Cinde yang menyimbolkan keluarga Sultan Kutai. Mendirikan Ayu merupakan sebuah simbolisasi dari upaya untuk mencari atau mendirikan kerahayuan (keselamatan atau ketentraman).
Mendirikan Ayu, digelar di Ruang Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Sabtu (21/9/2024). Upacara ini dipimpin oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-21 Sultan Haji Aji Muhammad Arifin, dan dihadiri para pangeran Kesultanan Kutai, ing Martadipura (saudar Sultan), Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah, Gubernur Kaltim periode 2018-2023 Isran Noor, Wabup Kukar Rendi Solihin, Ketua Sementara DPRD Kukar Farida, AKBP Kapolres Kukar Hari Rusyaman, Dandim 0906 Kukar Letkol (CZI) Damai Adi Setiawan, Kajari Kukar Ari Bintang Prakosa Sejati, Kalapas IIA Tenggarong Suratman, Kapolsek Tenggarong AKP Sukardi, dan Kadisdikbud Kukar Tauhid Afillian Noor serta undangan lainnya.
Upacara Mendirikan Ayu dimulai dengan menyiapkan peralatan upacara, yaitu selembar jalik atau tikar dari rotan yang dihamparkan, di atas jalik dihiasi tambak karang bermotif naga biasa dan naga kurap, serta seluang emas berwarna-warni. Pada tambak karang terdapat hiasan empat ekor naga yang masing-masing menghadap ke empat sudut luar. Empat ekor naga masing-masing bertaringkan pisang ambon, sementara mulut naga menggigit sebutir ayam kampung.
Pada prosesi Mendirikan Ayu, Sultan mengenakan pakaian kebesaran dan berdiri dihadapan Singgasananya. Kemudian behambur beras kuning, lalu Tiang Ayu didirikan oleh Bupati Kukar, Wabup Kukar dan Dandim 0906 Kukar yang mewakili tokoh Masyarakat. Serta Kerabat Kesultanan Ing Martadipura.
Prosesi Mendirikan Ayu dan menyalakan brong di depan Museum dan ditutup dengan doa oleh Ustadz Da’i Tomo. Saat doa penutup selesai, maka saat itulah Erau secara resmi telah dimulai. (prokom05)