Strategi DKP Kukar Atasi Masalah Produksi Perikanan
TENGGARONG – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dalam presentasinya terkait penjabaran visi misi Kukar Idaman, disampaikan Sekretaris DKP Muslik mengemukaakan bahwa ada beberapa permasalahan pokok yang dihadapi DKP diantaranya produksi perikanan yang mengalami stagnasi.
“Ya, masalah pokok yang dihadapi DKP yakni produksi perikanan tangkap mengalami stagnasi, usaha budidaya ikan masih mengalami keterbatasan benih unggul dan ketergantungan pakan pabrik, dan industri olahan produk perikanan belum berkembang,” kata Muslik, Rabu (17/3/2021) tadi.
Dielaskan Muslik, masalah perikanan tangkap seperti unit penangkapan ikan masih skala kecil dari 5 GT (perairan laut), aktivitas penangkapan ikan tidak berjalan optimal karena keterbatasan akses bahan bakar, area penangkapan ikan telah menunjukkan gejalan yangkap lebih (over fishing) dan area pemulihan stock SDI seperti tempat pemijahan dan perlindungan semakin terbatas.
“Akar masalahnya sendiri yakni keterbatasan akses terhadap permodalan, belum tersedianya SPBN, aktivitas ilegal dan destruktif fishing semaking meningkat, eksploitasi secara terus menerus tanpa adanya kegiatan pemulihan ekosistem, dan alih fungsi lahan untuk kebutuhan penduduk dan industri semakin meningkat,” ujarnya.
Selain itu masalah juga ada pada usaha budidaya ikan masih keterbatasan benih unggul yakni jumlah dan kapasitas produksi UPR dan HSRT masih rendah hingga belum adanya unit pengolah pakan alternatif yang efektif.
Akar masalahnya, kata Muslik yakni kurangnya modal dan terbatasnya pengetahuan tentang perbenihan, kurangnya induk berkualitas, harga mesih pakan relatif mahal, bahan baku hingga terbatasnya pengetahuan pembuatan pakan ikan.Kemudian industri olahan produk perikanan belum berkembang.
“Inilah beberapa permasalahan yang menjadi atensi DKP dalam mengatasi semuanya, tentunya dengan beberapa strategi seperti peningkatan kapasitas produksi perikanan tangkap berbasis kawasan dengan pendekatan kelompok dan koperasi. pemulihan ekosistem perairan berbasis kearifan lokal, mendorong generasi milenial menjadi pelaku UPR/HSRT baru di kawasan sentra budidaya hingga merangsang tumbuhnya unit pengolahan pakan mandiri,” katanya.
“Adapun kebijakannya memastikan produksi hasil olahan sesuai standar mutu, menumbuhkan industri pengolahan dengan komoditas baru berbasis IKM pada kawasan, optimalisasi balai benih ikan, melakukan kerjasama dengan balai/UPT KKP dan lainnya,” demikian jelas Muslik. (prokom10)