Patut Dicontoh, Penyuluh Ini Olah Sampah Jadi Miniatur Bernilai Ekonomis
PLKB Samboja Eli Betyono saat menunjukkan hasil karyanya dari berbagai limbah (doc.Eli)
TAK DIPUNGKIRI, manusia dalam kehidupannya sehari-hari pasti menghasilkan sampah. Seperti yang dimuat dalam liputan6.com, berat timbunan sampah di Indonesia secara nasional mencapai 200 ribu ton per hari atau setara dengan 73 juta ton per tahun. Paling dominan sampah di Indonesia berasal dari sampah rumah tangga.
Selain berasal dari sampah rumah tangga, jenis sampah yang ada juga dihasilkan dari sampah plastik sebesar 14 persen, kertas sebesar 9 persen, sisanya terdiri dari logam, karet, kain, kaca dan lain-lain.
Jika pandai memutar otak, dan sedikit sentuhan kreatifitas, samapah tentunya dapat dijadikan sesuatu yang lebih berguna bahkan menghasilkan rupiah.
Seperti halnya yang dilakukan Eli Betyono (40) bapak dari 3 anak yang kesehariannya bekerja pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kutai Kartanegara yang ditempatkan pada wilayah kerja Kecamatan Samboja sebagai Petugas Lapangan KB non ASN. Dengan berbagai aktifitasnya diluar kantor masih dapat menyempatkan untuk menghasilkan sebuah karya seni.
“Awal mulanya pada 2014 lalu saya hanya sekadar iseng saat melihat banyak limbah atau sampah baik sisa onderdil kendaraan, plastik dan kardus. Lalu terlintas untuk menjadikan sesuatu dari limbah tersebut,” ungkap Eli mengawali ceritanya, Rabu (17/2).
Pertama-tama Eli lebih dulu menentukan barang yang akan dibuatnya yaitu miniatur truck kayu,lalu sambil berpikir dalam hati dan berkeyakinan optimis bisa. Harapannya saat membuat truck tersebut nantinya akan dimainkan oleh anak-anaknya ketika sudah usia yang pantas untuk memainkan.
Dengan berbekal searching di google untuk mengatahui cara membuatnya, Eli lalu mencari kayu bekas palet yang kebetulan mudah didapat. Karena kediamannya di Samboja berada tepat didepan pasar. Kayu palet mudah di olah dan tidak keras.
Dia pun ternyata mampu menyelesaikannya, dan kini mainan tersebut menurutnya sangat berguna bagi anak lai-lainya yang sudah berusia 9 tahunan. Apalagi saat ini lagi viral truck oleng di sebuah konten-konten youtube di pulau jawa.
Setelah dia menganggap bahwa mampu dan bisa menyelesaikan miniature truck berbahan kayu, Eli kemudian mencoba membuat miniature berbahan alumunium yaitu bahan kaleng bekas minuman. Berkah lebaran tentunya selain banyak makanan enak, juga menyisakan sampah minuman.
“Saya mencoba kembali dengan mengumpulkan kaleng-kaleng bekas minuman pasca lebaran, kan banyak berserakan dipinggir jalan,” ujar Eli yang tercatat sebagai Warga RT 1 Kelurahan Wonotirto, Samboja itu .
Lagi-lagi, berbekal searching di dunia maya tutorial pun diperoleh oleh Eli. “Ya benar sekali, melalui tutorial lah, hasil kasil karya-karya ini bisa jadi walau tidak sama persis. Selain tutorial, Alhamdulillah saya diberikan bakat dan niat juga menjadi modal utama dalam mengerjakan suatu hasil karya,” ucapnya.
Sambil menunjukan karya yang dimaksud, Eli Betyono mengatakan bahwa ini adalah produk gagal, sambil menunjuk pada produk miniatur Vespa.
“Ini karya saya pertama kali berbahan kaleng minuman. Sehingga jadinya tidak memuaskan bagi saya,” ungkapnya tersenyum.
Banyak karya dari limbah yang dihasilkan PLKB Samboja tersebut tersusun di kediamannya, yaitu miniatur alat berat dari busi motor bekas, miniatur vespa dari limbah kotak rokok, miniatur vespa dari bahan limbah kaleng bekas minuman, miniatur pesawat dari limbah sampah kaleng minuman. Selain itu ada lukisan shilluet dari limbah kardus dengan lukisan Soekarno, Garuda Pancasila, serta miniatur Bajai dalam sinetron Bajaj Bajuri dari bahan limbah kertas minuman teh kotak.
Hasil karyanya juga sudah dilirik konsumen pecinta karya seni, dan menghasilkan uang.
“Yang beli pernah ada dari Balikpapan dan itu saya antar sendiri dan itu juga teman yang beli. Tapi harga tidak harga teman. Teman memang tidak menawar, mungkin karna teman atau pembeli lainnya tahu, bahwa barang seni itu tidak mudah di goyang harganya seperti barang umum lainnya, namun harga yang ditawarkan saat itu masih tergolong wajar dan masih terjangkau oleh dompet,” ujarnya tersenyum. (prokom/04)