Hari Jadi Kota Tenggarong Ditandai Peletakan Bunga Lompo di Makam Aji Imbut
Tenggarong – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Dr. H. Sunggono, MM bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kukar, melakukan ziarah ke makam Aji Imbut pendiri Kota Tenggarong serta makam Raja-raja Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, di komplek pemakaman samping Museum Mulawarman (eks Keraton Kutai), Kamis (28/9/2023).
Ziarah makam dalam rangka peringatan hari jadi Kota Tenggarong ke-241 tahun tersebut, ditandai dengan menaburkan bunga dan meletakkan karangan bunga lompo di makam Raja Kutai ke-15 Sultan Aji Muhammad Muslihuddin atau lebih dikenal Aji Imbut oleh kerabat Kesultanan bersama Sekda Kukar Sunggono dan Forkopimda Kukar.
Kemudian, dilanjutkan ke makam Sultan Kutai ke-20 HAM Salehoeddin II dan makam Hj. Adji Aida gelar Adji Ratu Prabu Ningrat yang merupakan ayahanda dan ibunda dari Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-21 HAM Arifin, serta makam Sultan AM Parikesit dan Sultan AM Sulaiman.
Hari jadi kota Tenggarong yang diperingati setiap tanggal 28 September ini menjadi rangkaian pelaksanaan, Erau Adat Pelas Benua Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura 2023, dari 24 September hingga 1 Oktober mendatang.
Sebelum prosesi ziarah dilakukan, terlebih dahulu dibacakan riwayat pendiri Kota Tenggarong oleh Camat Tenggarong Sukono, riwayat tersebut disusun oleh (Alm H. Aji Bambang Abdurrachim gelar Pangeran Ratu Kesuma).
Yang dilanjutkan, sambutan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-21 yang dibacakan oleh Raden Heriansyah yang juga menantu dari Sultan Kutai tersebut.
Bupati Kukar Edi Damansyah dalam sambutannya yang disampaikan oleh Sunggono gelar demang Wiro Projo Kara, mengatakan
mengisi pembangunan Kota Tenggarong, Pemkab Kukar bermaksud agar proses pembangunan tidak lepas dari pembangunan Kukar secara komprehensif dan terintegrasi.
Telah tertuang di dalam RPJMD 2021-2026 melalui visi misi Kukar Idaman bahwa pembenahan tata Kota Tenggarong harus dilakukan dengan mengusung konsep kota yang ramah, bersih, modern, dan berbudaya.
Kota Tenggarong harus berbenah dan terus berkembang menjadi kota yang nyaman dan mempesona berkat keindahan kawasan sungai Mahakamnya, adanya peninggalan sejarah dan eksistensi adat Kesultanan Kutai Kartanengara Ing Martadipura, serta memiliki kekhasan dalam budaya dan peradaban nusantara karena memiliki warisan budaya (cultural heritage) yang terjaga hingga saat ini.
Selain itu, untuk menyambut kehadiran IKN Nusantara di Kaltim, Kota Tenggarong harus disiapkan sebagai destinasi wisata unggulan dan kota pilihan yang dikunjungi oleh wisatawan di wilayah Kaltim.
Oleh karena itu, maka pembangunan Kota Tenggarong secara gradual harus dilakukan, di antaranya penataan lingkungan dengan sistem ruang terbuka hijau, penataan kawasan permukiman, pembangunan fasilitas penunjang maupun pengembangan UMKM, dan pembangunan pusat pertunjukan seni budaya dan kuliner.
“Serta tidak kalah penting lagi dengan menjadikan Tenggarong sebagai kota pemerintahan yang mengusung konsep Smart City, SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik), dan Satu Data Indonesia demi kemudahan dalam tata kelola pemerintahan,” demikian pungkasnya.
Sementara itu, pihak kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Bupati Edi Damansyah gelar Pangeran Ady Prawiro beserta jajaran dan Forkopimda serta pihak-pihak yang berpartisipasi dalam membangun Kota Tenggarong.
Dengan memperhatikan simbol-simbol budaya Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, seperti pembangunan Menara Tuah Himbau sebagai Landmark Kukar yang terdiri dari tiga bagian yang mengambil filosofi dari Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, dengan nama Taman Titik Nol Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Kegiatan erau merupakan bagian dari program dedikasi Kutai Kartanegara Kaya Festival (K3F) yang merupakan program terarah, terstruktur dan terukur sehingga pelaksanaan dapat terlaksana setiap tahunnya.
“Tentu kolaborasi perangkat daerah pengampu dan terkait sangat diperlukan terutama, dalam dukungan anggaran melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, dan OPD terkait lainnya. Hal ini agar pelestarian adat dan budaya kesultanan tetap terjaga serta lestari dalam wilayah Kukar,” demikian pungkas Heriansyah. (prokom05)