HUT Tenggarong ke 240, Diisi Ziarah Makam Aji Imbut, Makam Kesultanan dan Masjid Jami’ Amir Hasanuddin Jadi Cagar Budaya
Tenggarong – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tenggarong ke-240, ditandai dengan ziarah makam Aji Imbut atau Aji Muhammad Muslihuddin yang merupakan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-15 pendiri Kota Raja Tenggarong pada 28 September 1782 silam, Rabu (28/9) pagi di kompleks pemakaman Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sebelah Museum Mulawarman Tenggarong.
Sebelum ziarah, acara diawali dengan pembacaan riwayat singkat berdirinya Kota Raja oleh Camat Tenggarong Sukono, dilanjutkan dengan pemberian sertifikat Makam Raja Kukar dan Masjid Jami’ Amir Hasanuddin sebagai cagar budaya Provinsi Kalimantan Timur, yang ditetapkan pada 20 Desember 2021 oleh Gubernur Kaltim Isran Noor.
Usai memanjatkan do`a, dilakukan ziarah dan peletakan Bunga Lompo (karangan bunga berbentuk persegi panjang yang terbuat dari anyaman pandan yang dihiasi beraneka bunga) diatas pusara Aji Imbut oleh Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah, di dampingi oleh Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin, Sekda Kukar Sunggono, unsur Forzm Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kukar dan Pihak Kesultanan.
Dalam sambutanya, Bupati Edi Damansyah mengatakan bahwa Kota Tenggarong saat ini telah berusia 240 tahun terhitung sejak pertama kali dibuka oleh Sultan Aji Muhammad Muslihuddin bergelar Aji Imbut (1780-1816 M) pada tanggal 28 September 1782 M.
Diterangkannya, bahwa Kota yang dulunya dikenal dengan Tepian Pandan ini adalah nadi kehidupan baru Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura setelah pemindahan pusat pemerintahan dari Pemarangan (Desa Jembayan saat ini).
Pembenahan pemerintahan di masa awal Pemerintahan Aji Imbut tentu bukanlah perkara mudah. Termasuk bagaimana Aji Imbut membangun kesepahaman dengan Suku Kutai Kedang Lampong yang telah mula-mula bermukim di wilayah Tepian Pandan. Atas jasa Suku Kutai Kedang Lampong inilah maka Ibu kota Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dapat berdiri di Tepian Pandan.
Seiring berlalunya waktu ungkap Edi, para Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura lainnya yang turut berperan besar membangun Kota Tenggarong antara lain, Sultan Aji Muhammad Salehuddin (1816-1845 M), Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1850-1899 M), Sultan Aji Muhammad Alimuddin (1899-1910), dan Sultan Aji Muhammad Parikesit (1920-1960).
“Dikatakan dalam sejarah, di masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman lah Kota Tenggarong mencapai perkembangan yang pesat, dengan ditopang oleh aspek perekonomian Kesultanan yang terus meningkat karena konsesi tambang batubara, minyak, hasil kayu dan perkebunan,” katanya.
Untuk memaknai acara Ziarah Makam Para Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, khususnya Sultan Aji Muhammad Muslihuddin (Aji Imbut), diharapkan Bupati semua daya upaya para Sultan dalam membangun Kota Tenggarong menjadi washilah yang berbalas ganjaran pahala di sisi Allah SWT.
Ia meyakini bahwa jasa para Sultan beserta kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dalam membangun Kota Tenggarong tercinta, telah memberi manfaat kepada masyarakat banyak, sehingga berbagai macam etnis dan suku dapat hidup berdampingan secara damai di bumi Tuah Himba, di bawah daulat kebijaksanaan yang mulia para Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Edi berharap momen ziarah makam para Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini dapat menjadi cermin kepada para pejabat daerah untuk melakukan refleksi, introspeksi, sekaligus berkontemplasi atas kontribusi peranan masing-masing dalam membangun Kota Tenggarong. (Prokom08/07)